Ø Karakteristik
Jangkrik atau
cengkerik (Gryllidae) adalah serangga
yang berkerabat dekat dengan belalang, memiliki tubuh rata dan antena panjang. Jangkrik
adalah omnivora,
dikenal dengan suaranya yang hanya dihasilkan oleh jangkrik jantan. Suara ini
digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara jangkrik ini
semakin keras dengan naiknya suhu sekitar. Di dunia dikenal sekitar 900 spesies
jangkrik, termasuk di dalamnya adalah gangsir.
Menurut Wikipedia, jangkrik dalam ilmu taksonomi mempunyai kedudukan
sebagai berikut:
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo :
Orthoptera
Subordo :
Ensifera
Superfamili : Grylloidea
Famili : Gryllidae
Gambar. Jangkrik hitam (Gryllus assimilis)
Jangkrik telah dipelihara manusia sejak lama, dan di Asia dianggap sebagai pembawa
keberuntungan. Laga jangkrik adalah sejenis permainan yang populer dan kerap
kali melibatkan taruhan. Di Caraguatatuba, Brazil,
jangkrik hitam di dalam ruangan dipercaya sebagai tanda datangnya penyakit,
jangkrik hijau harapan, dan jangkrik kelabu uang. Dalam komedi, suara jangkrik
biasanya digunakan untuk menandakan lawakan yang tidak lucu dan tidak membuat
orang tertawa.
Ø Evolusi Jangkrik
Sebuah fosil serangga predator dari zaman dinosaurus
baru-baru ini ditemukan di lapisan kapur yang terletak di wilayah utara Brazil.
Serangga ini adalah serangga karnivora pemakan daging yang berasal dari 100
juta tahun silam.
Gambar.
Fosil jangkrik berkaki datar
Para peneliti menyebut fosil tersebut itu
sangat mirip dengan serangga karnivora mirip jangkrik yang saat ini masih hidup
di selatan Asia, utara Indochina, dan Afrika. Karena kemiripannya itu, fosil
tersebut mengungkapkan kalau genus serangga ini telah mengalami evolusi yang
sangat sedikit sejak zaman dinosaurus. Penemuan yang dimuat dalam jurnal
terbuka Zookeys ini juga memperbaiki klasifikasi dari temuan fosil
sebelumnya.
Nenek moyang jangkrik itu hidup di periode Cretaceous,
sesaat sebelum superbenua Gondwana (superbenua yang mencakup benua Afrika,
Amerika Selatan, Australia, India, Arab, dan Antartika saat ini) terpecah.
Fosil yang ditemukan tersebut berasal dari genus
Schizodactylus atau jangkrik berkaki miring, dimana genus Schizodactylus
mencakup jangkrik yang ada saat ini, belalang, serta binatang bernama katydid.
Penamaan genus ini berdasarkan kaki yang dimilikinya,
yang membuat mereka bisa melenting dan menyokong tubuh mereka di habitat
berpasir untuk memburu mangsa. Saat berburu, spesies ini sebenarnya tak
menggunakan strategi khusus. Serangga bertubuh tambun ini keluar malam hari menyisir
habitat mereka untuk mencari mangsa. Hewan ini mampu bergerak dengan cepat bila
diperlukan.
Setidaknya, ada beberapa perbedaan fosil tersebut dengan
jangkrik yang ada saat ini. Dengan panjang sekitar 6 cm dari kepala hingga ke
bagian belakang tubuhnya, fosil tersebut memiliki postur yang agak aneh. Antenanya
lebih panjang dari tubuhnya. Jangkrik ini juga memiliki sayap yang tergulung
dan kaki yang tajam seperti sepatu salju yang mendukung hewan tersebut untuk
tetap bisa menjejak di daerah berpasir. Selain itu, jangkrik yang sangat
agresif ini tak bisa terbang walaupun memiliki sayap. Sayapnya biasanya hanya
bisa dimekarkan saat diperlukan.
Meski fosil yang ditemukan sedikit
berbeda dengan jangkrik berkaki-datar saat ini, ada dua hal yang mendasari kesimpulan
serangga dalam genus itu mengalami "statis evolusi". Pertama: bentuk
dan fungsi anggota tubuh yang secara umum tidak memiliki perbedaan berarti.
Kedua: adanya studi lain tentang daerah penemuan fosil tersebut yang
menunjukkan bahwa daerah itu beriklim kering atau semi-kering monsoonal pada
Periode Cretaseous Awal. Artinya, habitat yang dipilih Schizodactylus tidak
mengalami banyak perubahan selama lebih dari 100 juta tahun.
Evolusi statis adalah peristiwa di mana kelompok
organisme tertentu hanya mengalami sedikit perubahan genetik dalam rentang
waktu geologi yang cukup lama.
Ø
Sumber
(Diakses pada tanggal 10 Desember 2011)