Secara harfiah, kata “klon” (Yunani:
klon, klonos) berarti cabang atau ranting muda. Kloning berarti proses
pembuatan (produksi) dua atau lebih individu (makhluk hidup) yang identik
secara genetik.” Kloning organisme sebenarnya sudah berlangsung selama beberapa
ribu tahun lalu dalam bidang hortikultura. Tanaman baru, misalnya, dapat
diciptakan dari sebuah ranting. Dalam dunia hortikultura (dunia perkebunan),
kata “klon” masih digunakan hingga abad ke-20.
Secara mendetail, dapat dibedakan 2
jenis kloning. Jenis pertama adalah pelipatgandaan hidup sejak awal melalui
pembagian sel tunggal menjadi kembar dengan bentuk identik. Secara kodrati,
mereka seperti “anak kembar”. Jenis kedua adalah produksi hewan dari sel tubuh
hewan lain.
Klon pertama manusia dirancang pada
bulan November 1998, oleh American Cell Technologies, yang berasal dari sel
kaki seorang manusia, dan sebuah sel lembu yang DNA-nya dipindahkan. Setelah 12
hari, klon ini rusak. Pada bulan januari 2008, Dr. Samuel Wood dan Andrew
French, kepala pegawai ilmiah laboratoriurn Stemagen Corporation di California
AS, mengumumkan bahwa mereka berhasil menciptakan 5 embrio manusia dewasa
dengan menggunakan DNA dari sel kulit orang dewasa. Tujuannya adalah
menvediakan sebuah sumber bagi tangkai sel embrio yang dapat hidup. Dr. Wood
dan seorang temannya menyumbangkan sel kulit dan DNA dari sel-sel itu untuk
dipindahkan ke dalam sel-sel manusia. Tidak jelas apakah embrio yang dihasilkan
akan sanggup berkernbang lebih lanjut. Namun, Dr. Wood menyatakan bahwa
kalaupun mungkin, menggunakan teknologi untuk kloning reproduktif adalah tidak
etis dan ilegal. Kelima embrio yang diklon tersebut akhirnya rusak.
Secara etis, tak ada masalah dalam
kloning pada tumbuhan. Praktek kloning ini sudah lazim dan lama dilakukan.
Sementara itu, terdapat perbedaan pendapat tentang kloning pada hewan. Ada pro
dan kontra. Praktek kloning ini dibolehkan sejauh hewan tersebut tidak disiksa
atau disakiti. Sementara itu, muncul berbagai pendapat tentang kloning manusia.
Muncul pertanyaan dan diskusi etis. Secara etis, apakah dibenarkan kalau
kemajuan teknologi menghasilkan dan/ atau menggunakan embrio manusia yang hidup
untuk menyiapkan sel-sel induk embrio? Pihak-pihak agamis tidak membenarkan
tindakan ini karena embrio manusia tidak dapat dipandang sebagai gumpalan sel.
Embrio adalah sesosok pribadi. Embrio berhak hidup sebagai individu. Embrio
semestinya dihorrnati. Dengan demikian, intervensi manusia yang merusak,
melecehkan, atau mengobjekkan embrio tidak dapat diterima. Penolakan terhadap
kloning embrio ini berlaku juga terhadap kloning teraupetik. Campur tangan yang
berciri manipulatif ini tidak dapat diterima.
Di kalangan kelompok yang pro dengan
kloning, sering muncul dua pendapat yang sebenarnya kurang membuktikan
kebenaran. Adalah tidak wajar kalau seseorang dijadikan “fotokopi” atau
di-”fotokopi”. Setiap pribadi manusia memiliki hak atas originalitasnya. Dengan
kloning, tak mungkin seseorang menjadi original. Manusia berhak menjadi makhluk
hidup secara penuh. Kloning pada dasarnya merupakan instrumentalisasi. Manusia
diobjekkan atau diperalat. Martabatnva dilecehkan. Manusia tak hanya dijadikan
dengan gen, walaupun peranan gen memang besar. Namun, peran suasana,
pendidikan, dan waktu akan ikut membentuk kepribadian seseorang. Peran seorang
ibu waktu hamil dapat menentukan sikap seorang anak. Betapa pun, kloning tak
pernah menjadikan makhluk baru yang sama persis. Dalam proses kloning, manusia
menjadi tujuan, melainkan sebagai sarana uji coba.
Kloning manusia pada hakikatnva
melecehkan manusia sendiri dan berakibat buruk. Kloning manusia memiskinkan manusia
sebab manusia itu hanya berasal dari satu gen. Ini berbeda dari kepribadian
seseorang yang dilahirkan dari proses kehamilan yang biasa. Campuran gen laki-laki
dan perempuan tidak ditemukan dalam proses kloning. Kloning membuktikan bahwa
gen manusia begitu terbatas. Kloning berarti melawan secara fundamental
persatuan antara pria dan wanita. Ada bahaya bahwa kloning manusia digunakan
sebagai usaha atau cara untuk mengganti seseorang yang terkenal dalam sejarah
atau melestarikan orang-orang dalam sebuah keluarga. Dengan demikian, muncul
wajah-wajah yang sama. Kultus individu akan terus berlanjut dan manusia akan
jatuh ke dalam kesombongan. Manusia dapat menciptakan homoculus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar