Rabu, 09 Januari 2013

JANGKRIK DAN EVOLUSINYA




Ø  Karakteristik

Jangkrik atau cengkerik (Gryllidae) adalah serangga yang berkerabat dekat dengan belalang, memiliki tubuh rata dan antena panjang. Jangkrik adalah omnivora, dikenal dengan suaranya yang hanya dihasilkan oleh jangkrik jantan. Suara ini digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara jangkrik ini semakin keras dengan naiknya suhu sekitar. Di dunia dikenal sekitar 900 spesies jangkrik, termasuk di dalamnya adalah gangsir.
Menurut Wikipedia, jangkrik dalam ilmu taksonomi mempunyai kedudukan sebagai berikut:
Kingdom              : Animalia
Phylum                 : Arthropoda
Classis                  : Insecta
Ordo                     : Orthoptera
Subordo               : Ensifera
Superfamili           : Grylloidea
Famili                   : Gryllidae



 


             Gambar. Jangkrik hitam (Gryllus assimilis)
Jangkrik telah dipelihara manusia sejak lama, dan di Asia dianggap sebagai pembawa keberuntungan. Laga jangkrik adalah sejenis permainan yang populer dan kerap kali melibatkan taruhan. Di Caraguatatuba, Brazil, jangkrik hitam di dalam ruangan dipercaya sebagai tanda datangnya penyakit, jangkrik hijau harapan, dan jangkrik kelabu uang. Dalam komedi, suara jangkrik biasanya digunakan untuk menandakan lawakan yang tidak lucu dan tidak membuat orang tertawa.

Ø  Evolusi Jangkrik

Sebuah fosil serangga predator dari zaman dinosaurus baru-baru ini ditemukan di lapisan kapur yang terletak di wilayah utara Brazil. Serangga ini adalah serangga karnivora pemakan daging yang berasal dari 100 juta tahun silam.

                                Gambar. Fosil jangkrik berkaki datar
Para peneliti menyebut fosil tersebut itu sangat mirip dengan serangga karnivora mirip jangkrik yang saat ini masih hidup di selatan Asia, utara Indochina, dan Afrika. Karena kemiripannya itu, fosil tersebut mengungkapkan kalau genus serangga ini telah mengalami evolusi yang sangat sedikit sejak zaman dinosaurus. Penemuan yang dimuat dalam jurnal terbuka Zookeys ini juga memperbaiki klasifikasi dari temuan fosil sebelumnya.
Nenek moyang jangkrik itu hidup di periode Cretaceous, sesaat sebelum superbenua Gondwana (superbenua yang mencakup benua Afrika, Amerika Selatan, Australia, India, Arab, dan Antartika saat ini) terpecah.
Fosil yang ditemukan tersebut berasal dari genus Schizodactylus atau jangkrik berkaki miring, dimana genus Schizodactylus mencakup jangkrik yang ada saat ini, belalang, serta binatang bernama katydid.
Penamaan genus ini berdasarkan kaki yang dimilikinya, yang membuat mereka bisa melenting dan menyokong tubuh mereka di habitat berpasir untuk memburu mangsa. Saat berburu, spesies ini sebenarnya tak menggunakan strategi khusus. Serangga bertubuh tambun ini keluar malam hari menyisir habitat mereka untuk mencari mangsa. Hewan ini mampu bergerak dengan cepat bila diperlukan.
Setidaknya, ada beberapa perbedaan fosil tersebut dengan jangkrik yang ada saat ini. Dengan panjang sekitar 6 cm dari kepala hingga ke bagian belakang tubuhnya, fosil tersebut memiliki postur yang agak aneh. Antenanya lebih panjang dari tubuhnya. Jangkrik ini juga memiliki sayap yang tergulung dan kaki yang tajam seperti sepatu salju yang mendukung hewan tersebut untuk tetap bisa menjejak di daerah berpasir. Selain itu, jangkrik yang sangat agresif ini tak bisa terbang walaupun memiliki sayap. Sayapnya biasanya hanya bisa dimekarkan saat diperlukan.
Meski fosil yang ditemukan sedikit berbeda dengan jangkrik berkaki-datar saat ini, ada dua hal yang mendasari kesimpulan serangga dalam genus itu mengalami "statis evolusi". Pertama: bentuk dan fungsi anggota tubuh yang secara umum tidak memiliki perbedaan berarti. Kedua: adanya studi lain tentang daerah penemuan fosil tersebut yang menunjukkan bahwa daerah itu beriklim kering atau semi-kering monsoonal pada Periode Cretaseous Awal. Artinya, habitat yang dipilih Schizodactylus tidak mengalami banyak perubahan selama lebih dari 100 juta tahun.
Evolusi statis adalah peristiwa di mana kelompok organisme tertentu hanya mengalami sedikit perubahan genetik dalam rentang waktu geologi yang cukup lama.

Ø  Sumber (Diakses pada tanggal 10 Desember 2011)